Serial KH. Noer Alie - Pahlawan Nasional dari Tanah Betawi (Bagian XI) | Oleh Ali Anwar

Politik dan Pendidikan

Pada 19 April 1950 KH Noer Alie terpilih sebagai Ketua Masjumi Cabang Jatinegara dan Wakil Ketua Dewan Pemerintahan Daerah Bekasi (1950-1956). Bersama-sama  KH Rojiun, KH Noer Alie menggagas membentuk Lembaga Pendidkan Islam (LPI) yang salah satu programnya mendirikan Sekolah Rakyat Islam di Jakarta dan Jawa Barat.

Di Ujungmalang, Noer Alie mengaktifkan kembali pesantrennya menggunakan tangan-tangan para badalnya dengan SRI sebagai lembaga pendidikan pertama. Dalam empat tahun SRI terbentuk di tujuh desa, yakni Pulo Asem, Wates, Buni Bhakti, Pondok Soga, Penggarutan, Gabus Pabrik, dan Kaliabang Bungur. Proses belajar-mengajarnya masih sederhana, mulai rumah, langgar, sampai bekas kandang kerbau.

Mengingat LPI sudah tidak aktif lagi, pada 1953 KH Noer Alie membentuk organisasi pendidikan yang diberi nama Pembangunan Pemeliharaan dan Pertolongan Islam ( P3) yang di jadikan induk bagi SRI, pesantren, dan kegiatan sosial.  Kemudian pada 1954 KH Noer Alie memerintahkan KH Abdul Rahman untuk mendirikan Pesantren Bahagia di Bekasi (sekarang Kodim Bekasi). Sedangkan santri pertamanya di ambil dari pada santri lulusan SRI.

Sebagai politisi yang cinta persatuan, KH Noer Alie sedih tatkala pada 1952 Nahdlatul Ulama di tingkat pusat keluar dari partai Masjumi. Ia khawatir perpecahan merembet sampai ke tingkat local Bekasi. Padahal kerukunan umat islam di Bekasi sudah dibina oleh dirinya bersama para guru dan rekan-rekannya selama puluhan tahun.

Dari hasil pemikiran dan perenungan kerasnya, Noer Alie menyimpulkan, cepat maupun lambat partai Nahdlatul Ulama cabang Bekasi akan hadir di depan mata. Namun dia khawatir para pendiri dan pengurus Nahdlatul Ulama Bekasi merupakan orang-orang kiriman dari daerah lain. Alasannya, dalam kondisi konsolidasi paska perang kemerdekaan, persatuan dan kesatuan amat di butuhkan dalam membina umat.  Akhirnya, Noer Alie pumya solusi : membentuk sendiri partai Nahdlatul Ulama Bekasi.

Untuk mewujudkannya, KH Noer Alie menugaskan beberapa anak buahnya, seperti KH Mahadi, Abdullah Syair, dan Ya’kub Ahmad, untuk membentuk partai Nahdlatul Ulama di Bekasi. Hasilnya cukup menggembirakan, partai Masjumi dan partai Nahdlatul Ulama hidup rukun dan bahu membahu dalam percaturan politik Bekasi.

Tahun 1958 ia terpilih sebagai anggota Dewan Konstituante, menggantikan Sjafruddin Prawiranegara yang mengundurkan diri. Bersama-sama para ulama dan Tentara Teritorium III, ia ikut membidani pembentukan Majelis Ulama Jawa Barat.

Tahun 1960-an KH Noer Alie aktif menghadang gerak PKI, dan memberikan pandangan kepada pemimpin organisasi pelajar dan mahasiswa, seperti Ketua Pelajar Islam Indonesia (PII) Jakarta Raya Abdul Qodir Djaelani. Ia pun aktif memberantas PKI 1965. Pada 1966, KH Noer Alie mengaktifkan Majelis Ulama Jawa Barat. Fungsinya selain untuk membentengi umat dari pengaruh PKI, juga sebagai sarana komunikasi antarulama. Saat itu Majelis Ulama Jawa Barat didukung Pangdam VI Siliwangi HR Dharsono.

Gagasan KH Noer Alie dan para ulama Jawa Barat untuk membentuk Majelis Ulama Jawa Barat ternyata cukup efektif untuk membina umat, sehingga pemerintahan pusat kemudian menjadikannya sebagai inspirasi untuk menjadikan Majelis Ulama Indonesia. (KH-NoerAlie.info))

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Serial KH. Noer Alie - Pahlawan Nasional dari Tanah Betawi (Bagian XI) | Oleh Ali Anwar"

Posting Komentar