Bully terhadap Bekasi ternyata bukan hal baru. Ahli sejarah asal Bekasi, Ali Anwar, mencatat bully kepada Bekasi sudah terjadi sejak tahun 1869.
Ini catatan Ali Anwar dan akibatnya bagi mereka yang berani mem-bully Bekasi.
Pada pertengahan abad ke-19 pemerintah Hindia-Belanda dan para tuan tanah mem-bully rakyat Bekasi. Hasilnya, asisten residen meester cornelis C.E Kuyper tewas dibunuh oleh 260 pemeberontak.
Pada 1942-1945 Jepang mem-bully rakyat Bekasi. Hasilnya, 90 tentara Jepang tewas dibunuh di Stasiun Bekasi-Kali Bekasi pada 19 Oktober 1945.
Pada akhir 1945 tentara sekutu Inggris semena-mena mem-bully. Hasilnya, 26 tentara sekutu yang mendarat darurat di Cakung dibunuh pejuang RI di Bekasi pada awal Desember 1945.
”Kemudian pada 1984-2001, DKI Jakarta mem-bully Bekasi dengan cara buang sampah beraroma tak sedap ke TPA Bantargebang. Hasilnya, Bekasi menutup TPA Bantargebang pada 2001. Gubernur DKI, Sutiyoso, yang angkuh itu pun datang ke Bekasi mengiba-iba supaya TPA dibuka,” cerita Ali Anwar.
Bully terhadap kota di media sosial juga pernah menimpa Bandung dan Jogja. Kasus di Bandung, Walikota Ridwan Kamil langsung mempolisikan si pem-bully.
Sementara di Jogja, bully dilakukan seorang wanita yang sedang mengenyam pendidikan di UGM. Hasilnya, wanita itu diusir dari Kota Gudeg setelah forum bersama rakyat Jogja melaporkan ke polisi. (gob)
Ini catatan Ali Anwar dan akibatnya bagi mereka yang berani mem-bully Bekasi.
Pada pertengahan abad ke-19 pemerintah Hindia-Belanda dan para tuan tanah mem-bully rakyat Bekasi. Hasilnya, asisten residen meester cornelis C.E Kuyper tewas dibunuh oleh 260 pemeberontak.
Pada 1942-1945 Jepang mem-bully rakyat Bekasi. Hasilnya, 90 tentara Jepang tewas dibunuh di Stasiun Bekasi-Kali Bekasi pada 19 Oktober 1945.
Pada akhir 1945 tentara sekutu Inggris semena-mena mem-bully. Hasilnya, 26 tentara sekutu yang mendarat darurat di Cakung dibunuh pejuang RI di Bekasi pada awal Desember 1945.
”Kemudian pada 1984-2001, DKI Jakarta mem-bully Bekasi dengan cara buang sampah beraroma tak sedap ke TPA Bantargebang. Hasilnya, Bekasi menutup TPA Bantargebang pada 2001. Gubernur DKI, Sutiyoso, yang angkuh itu pun datang ke Bekasi mengiba-iba supaya TPA dibuka,” cerita Ali Anwar.
Bully terhadap kota di media sosial juga pernah menimpa Bandung dan Jogja. Kasus di Bandung, Walikota Ridwan Kamil langsung mempolisikan si pem-bully.
Sementara di Jogja, bully dilakukan seorang wanita yang sedang mengenyam pendidikan di UGM. Hasilnya, wanita itu diusir dari Kota Gudeg setelah forum bersama rakyat Jogja melaporkan ke polisi. (gob)
0 Response to "Ini Hukuman Bagi Tukang Bully Bekasi... | #BekasiJugaTanahBetawi"
Posting Komentar