[Nostalgia] Bung Karno dan Jago Betawi | Oleh Alwi Shahab

GoBetawi.com - Bung Karno ternyata seorang pecinta Pencak Silat Betawi, Nyok kita simak pakar sejarah kite babeh Alwi Shahab menberikan pelajaran untuk kita. (den)

Bung Karno rupanya seorang pecinta pencak silat. Presiden pertama RI ini selalu menganjurkan para pemuda Indonesia menjadi ksatria bangsa, berotot kawat, bertulang besi. Karena itulah, ketika ia menerima Master Oyama di Istana Merdeka, ia meminta agar dihadapkan di depan tokoh karate Jepang itu seorang ahli silat Indonesia. Kunjungan Oyama –yang telah mencapai Dan VII– bertujuan agar karate bisa diterima di Indonesia.

Di hadapan tamu dari Jepang, Zakaria, pemuda Betawi dari Kwitang, Jakarta Pusat, memperlihatkan teknik bermain senjata dan memecahkan batu dengan menggunakan pergelangan tangan. Jago silat ini juga menunjukkan kemahirannya memainkan senjata pisau dengan kecepatan tinggi.

Atraksi ini mengundang kekaguman master karate Jepang. Ia mengatakan pada Bung Karno, ”Mengapa Anda memiliki pemain sebagus ini (pencak silat -red), kok pemuda-pemudinya kurang menyukai. Justru lebih suka bela diri dari Jepang?”

Zakaria, dari perkumpulan pencak silat Mustika Kwitang, kini usianya sudah berkepala enam. Ia murid jagoan Kwitang, H Muhammad Zaelani. Seperti juga para jago silat Betawi lainnya, Mad Zaelani, panggilannya sehari-hari adalah seorang pejuang kemerdekaan. Menurut H Irwan Sjafi’ie, ketua Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), Mad Zaelani pernah dihukum penjara seumur hidup oleh Belanda. Sebabnya, sekitar 1940-an ia membunuh seorang konsulat jenderal Jepang di Batavia. Disangkanya itu seorang Cina, kaki-tangan Belanda. Ia dibebaskan Barisan Pelopor pada masa revolusi fisik.

O’ong Maryono, dalam buku ”Pencak Silat Menentang Wakut” menceritakan, pencak silat sudah dipertunjukkan sejak abad ke-16, saat pesta-pesta perkawinan di Jayakarta. Dalam waktu hampir bersamaan di Pulau Jawa terjadi asimilasi antara ilmu bela diri dari negara yang berbeda. Seperti diketahui, ketika JP Coen membangun Batavia, ia memboyong warga Cina dari Banten. Di antara mereka terdapat ahli kuntao, ilmu bela diri Cina. Pada mulanya mereka tinggal di rumah-rumah yang tersebar di seluruh Kota. Tapi, sejak pembunuhan massal terhadap orang Cina (1740), mereka dialokasikan di pemukiman baru (Glodok sekarang). Kemudian ada yang bermukim di Kramat Bunder Senen. Di kedua tempat ini kuntao dipraktekkan.

Berdasarkan penelitian O’ong Maryono, di Kwitang yang bersebelahan dengan Senen, tinggal keluarga pendatang dari Cina Selatan, bernama Kwee Tang Kiam. Dia penjual ramuan obat tradisional yang mashur kemanjurannya di antero Betawi. Hingga daerah tempat tinggalnya dinamakan Kwitang.

Kwee Tang juga dikenal pendekar silat yang tangguh. Konon, seorang Betawi yang tidak senang melihat orang asing begitu terkenal ingin mengujinya. Akhirnya terjadi kesepakatan untuk naik liutai (arena pertandingan). Dalam piebu (duel) yang amat seru, dimenangkan anak Betawi. Kwee Tang mengakui kekalahannya, masuk Islam dan memberikan semua kelihaian teknik yang dimilikinya pada pendekar Betawi itu.

H Irwan Sjafi’ie membenarkan terjadinya akulturasi antara ilmu silat dari Tiongkok dengan Betawi. Contohnya ilmu silat beksie. Singkatan dari bek (pertahanan) dan sie (empat). Atau pertahanan empat arah: depan, belakang, samping kanan dan samping kiri. Beksie dipelajari tiga pendekar Betawi, Petukangan (Jakarta Barat) dari seorang Cina, bernama Ceng Ok. Ketiganya: H Gozali, H Hasbullah dan H Nurali kemudian mengembangkannya di Batavia.

Betawi, banyak menghasilkan pemain silat terkemuka. Hampir di tiap kampung, di tempo doeloe terdapat para jagoan. Mereka menggunakan ilmu bela diri untuk amar makruf nahi munkar. Mengajak orang ke jalan kebaikan dan mencegah kezaliman. Dalam wawasan ini orang muslim yang kuat lahir dan batin lebih dicintai Allah ketimbang muslim yang lemah (hadis).

Kini, pencak silat sudah go international. Puluhan negara sudah bergabung dalam Persekutuan Pencak Silat antar Bangsa (Persilat), diketuai Edie M Nalapraya. Dalam SEA Games minggu depan di Kuala Lumpur, pesilat-pesilat Indonesia diharapkan dapat merebut juara pertama. Karena dua tahun lalu di Brunei Darussalam, hanya keluar sebagai juara kedua. Padahal, para pelatihnya berasal dari Indonesia.

Merupakan tugas IPSI untuk menggairahkan kembali olahraga bela diri ini. Bila diingat, pencak silat kini tengah diperjuangkan untuk dipertandingkan di Asian Games dan olimpiade dunia. Jangan sampai, warisan budaya Indonesia ini di dunia internasional direbut bangsa asing. Kita hanya menjadi penonton, tidak kebagian medali.

Oleh Alwi Shahab
 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "[Nostalgia] Bung Karno dan Jago Betawi | Oleh Alwi Shahab"

Posting Komentar